Rabu, 24 September 2014

Urban Legend

NO END HOUSE

Source:creepypasta ind.
Ijinkan aku memulai ceritaku dengan mengatakan bahwa Peter Terry itu adalah seorang pecandu heroin.
Kami berdua merupakan teman di kampus dan terus berlanjut setelah aku lulus. Perhatikan bahwa “aku” yang lulus. Peter di DO dari kampus karena sudah 2 tahun dia tidak pernah kuliah. Setelah aku pindah dari asrama ke apartemen kecil dipinggir kota, aku tidak pernah melihat Peter lagi. Biasanya kami chatting di AIM (sebelum Facebook) setiap hari, setiap saat. Tapi ada suatu waktu dimana dia tidak online selama 5 minggu berturut-turut. Tapi aku tidak khawatir, malah bisa dibilang tidak peduli. Karena kupikir dia adalah pecandu narkoba, jadi aku menyimpulkan bahwa dia tidak peduli dengan apapun. Hingga suatu hari, aku melihat dia online. Sebelum aku memulai pembicaraan, dia sudah mengirimku pesan.

“David, man, ada yang harus kita bicarakan. Penting.”
Ketika itulah dia memberitahuku tentang NoEnd House. Julukan itu didapat karena tidak ada satupun orang yang bisa keluar dari tempat itu karena tidak pernah mencapai jalan keluarnya. Peraturannya cukup mudah sebenarnya : capailah ruangan terakhir, dan temukan jalan keluarnya, dan kau akan mendapat $5000. Ada 9 ruangan di NoEnd House. Dan rumah itu terletak di luar kotaku, kirakira sekitar 6 kilometer dari apartemenku. Ternyata, Peter telah mencobanya dan ia gagal. Aku tak tahu bagaimana ia bisa keluar dari rumah itu, tapi aku berpikir dia pasti bisa keluar dari rumah itu gara-gara dia “menggila” setelah mengkonsumsi heroin, entahlah, aku pun juga tak tahu. Tapi dia memberitahuku bahwa rumah itu terlalu berlebihan bagi orang biasa. Rumah itu sangat tidak masuk akal.
Aku tidak percaya padanya. Aku memberitahunya bahwa aku akan pergi kerumah itu, dan tidak memperdulikan betapa keras dia membujukku untuk tidak kesana. Tapi, $5000 itu sangatlah banyak untuk menjadi kenyataan. Aku harus pergi. Aku pergi di malam ini juga.
Ketika aku sampai di NoEnd House, aku langsung menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh tentang bangunannya. Apakah kau pernah melihat sesuatu yang seharusnya tidak menakutkan, tapi karena beberapa hal kau merasa merinding? Seperti itulah rasanya. Aku berjalan menuju rumah itu dengan perasaan tidak enak, dan itu diperparah ketika aku membuka pintu depan..
Jantungku berdetak perlahan, dan aku pun menghela nafas untuk menenangkan syarafku. Ketika aku sudah di dalam, aku melihat ruangan itu seperti lobi hotel biasa yang di dekor a la Halloween. Ada sebuah papan yang bertuliskan sesuatu di meja resepsionis. Tertulis : ruangan 1 melalui jalan ini, ikuti saja anak panah merah!. 8 ruangan lagi, sampai ruangan terakhir, temukan jalan keluarnya, dan menangkan $5000!” aku tertawa kecil dan berjalan ke pintu pertama. Pintu yang bertuliskan 1 di kayunya.
Ruangan pertama bisa dibilang sangat konyol, semua orang bisa tertawa karenaya. Dekorasi a la Halloween-nya begitu konyol dan parah, dan itu dilengkapi dengan hantu kain dan robot zombie yang menggeram ketika dilewati. Di ujung ruangan merupakan pintu ke ruangan 2. Dan itu merupakan satu satunya pintu selain yang pintu 1 yang kulewati tadi. Aku berjalan menembus sarang labalaba, dan menuju ke ruangan 2.
Aku disambut oleh kabut asap ketika aku membuka pintu ruangan 2. Ruangan itu pasti dibiayai dengan biaya yang besar dalam hal teknologi. Tidak hanya mesin kabut, tapi ada kelelawar yang berputar-putar melingkar. Menakutkan. Mereka sepertinya memiliki soundtrack Halloween yang bisa di cari di toko bekas, dan soundtrack itu terus diputar. Aku tidak melihat ada radio, tapi aku yakin mereka menggunakan semacam pengeras suara di suatu tempat. Aku menginjak beberapa tikus mainan yang berputar putar di lantai, kemudian menuju ke ruangan 3.
Aku mencapai dan pintu ruang ke 3, dan tiba-tiba aku merasa sesak. Aku tidak mau membuka pintu itu. Aku merasa ada rasa takut yang menabrakku dengan keras, aku tidak bisa berpikir dengan jernih setelah aku ketakutan sesaat. Dan aku berhasil menghalau rasa takutku dan masuk ke ruangan 3.
Ruangan 3 adalah ruangan dimana semua hal berubah..
Ruangan 3 terlihat seperti ruangan biasa, tapi rasa mencekamnya lebih dari ruangan 2 tadi. Di sana hanya ada 1 kursi di tengah tengah ruangaan yang berlantai kayu. Hanya ada satu lampu di pojok ruangan yang memberikan cahaya yang tentu saja tidak cukup untuk menerangi ruangan ini secara penuh. Dan cahaya dari lampu ini membuat bayangan di tembok dan dilantai. Itulah masalahnya, bayangan bayangan itu, banyak.
Kecuali bayangan dari kursi, ada bayangan lain di ruangan itu. Aku baru saja berjalan ke dalam dan aku sudah merasa takut. Saat aku menyadari ada sesuatu yang tidak beres, tentu saja aku langsung mencoba untuk membuka pintu dimana aku datang tadi. Tapi, itu terkunci dari sisi lain.
Itu membuatku berpikir “apakah ada yang mengunci pintu ketika aku berjalan maju ke ruangan tadi?” tidak mungkin. Aku pasti akan mendengarnya. Apakah mungkin pintu itu otomatis terkunci? Mungkin. Tapi aku terlalu takut untuk berpikir. Aku menoleh kebelakang ke arah ruangan tadi, dan bayangan bayangan itu sekarang menghilang. Bayangan kursi itu masih ada, tapi yang lain menghilang. Aku mulai berjalan dengan perlahan. Aku dulu sering berhalusinasi saat masih kecil, jadi aku berpikir itu hanya perasaanku saja. Aku mulai merasa baikan ketika aku sudah berada di tengah ruangan. Aku memandang kebawah saat aku berjalan dan saat itulah ketika aku melihatnya.
Atau mungkin tidak melihatnya. Bayanganku tidak ada disitu. Aku tidak punya waktu untuk berteriak. Aku berlari sekencang yang aku bisa menuju pintu ruangan 4 dan langsung masuk kedalam tanpa sempat berpikir.
Ruangan 4 mungkin merupakan ruangan yang paling mengerikan. Ketika aku menutup pintu ruangan 4, semua cahaya mungkin telah dipindah ke ruangan sebelumnya. Aku berdiri disitu, di kelilingi kegelapan pekat, tak bisa bergerak satu inci pun. Aku sebenarnya tidak takut pada kegelapan, dan tidak akan pernah, tapi saat ini, aku sungguh sungguh ketakutan. Pandanganku telah meninggalkan ku, aku tak bisa melihat apa apa. Aku menggerakan tanganku kedepan wajahku, dan jika aku tidak tahu apa yang kulakukan, aku tak akan bisa menceritakannya. Kegelapan tidak bisa mendiskripsikannya. Aku tidak bisa mendengar apapun. Di ruangan itu sangatlah sunyi, sunyi sekali. Ketika kau ada di ruangan kedap suara, kau masih bisa mendengar dirimu bernafas. Kau masih bisa mendengar bahwa tubuhmu masih bekerja.
Tapi aku tidak bisa.
Aku hampir terjatuh kedepan beberapa saat, detak jantungku yang sangat cepat inilah hal yang hanya bisa aku rasakan sekarang. Tidak ada pintu disekitar, bahkan aku tidak yakin ada pintu disini. Keheningan ini pun akhirnya terpecah, oleh dengungan lirih..
Aku merasakan sesuatu ada dibelakangku. Aku berbalik kebalakang dengan cepat tapi bahkan aku tak bisa melihat hidungku sendiri. Tapi aku tau, ada sesuatu di kegelapan itu. Dengungan itu bertambah keras dan semakin mendekat. Seperti mengerubungiku, tapi aku tau, apapun yang membuat suara dengungan itu, ada didepanku, semakin mendekat inci demi seinci. Aku mundur kebelakang; aku belum pernah merasakan ketakutan seperti ini sebelumnya. Aku tak bisa mendeskripsikan ketakutan yang sebenarnya. Aku hampir mati karena ketakutan. Aku takut kepada segala sesuatu yang disimpan disini yang selanjutnya akan ditunjukkan kepadaku. Kemudian lampu ruangan menyala sekejap, dan aku melihatnya..lagi!


Tidak ada apa apa. Aku tidak melihat apapun di ruangan ini. Kemudian ruangannya kembali gelap dan dengungan itu berubah menjadi suara berdecit yang sangat keras. Aku berteriak protes; aku tidak bisa mendengar suara ini lagi. Aku mundur kebelakang, menghindar dari suara-suara tersebut dan menabrak daun pintu, aku berbalik dan jatuh ke ruangan 5.
Sebelum aku mendeskripsikan ruangan 5, kau harus mengerti sesuatu. Aku bukanlah pecandu narkoba. Aku belum pernah mempunyai sejarah berurusan dengan narkoba, halusinasiku waktu kecil yang aku sebutkan tadi, bukan berasal dari narkoba, itu hanya ketika aku sangat lelah, atau ketika bangun tidur. Dan aku masuk ke NoEnd House ini dengan kesadaran penuh.
Setelah jatuh dari ruangan sebelumnya, aku terjerembab dengan punggungku lebih dulu, yang menyebabkan aku melihat ke langitlangit ruangan ini. yang aku lihat selanjutnya tidak lah menakutiku, tapi mengejutkanku. Pohon pohon tumbuh di dalam ruangan, pohon pohon itu sangatlah tinggi, langit langit ruangan ini lebih tinggi daripada yang lain, yang membuatku berpikir mungkin ini adalah pusat dari rumah ini. Aku berdiri, membersihkan badanku dari debu dan tanah, dan melihat ke sekitar. Ini memang merupakan ruangan yang paling besar dari pada yang lain. Aku bahkan tak bisa melihat pintu keluar dari ruangan ini, karena terhalangi oleh berbagai macam pohon dan tanaman di ruangan ini.
Dari sekarang, aku menyadari bahwa ruangan ruangan berikutnya akan bertambah mengerikan, tapi dibandingkan dengan ruangan yang lalu, ini adalah surga. Dan aku menyimpulkan bahwa apapun yang membuat suara dengungan di ruang 4 tadi, akan tetap disana. Ternyata aku salah..
Ketika aku berjalan lebih dalam menuju tengah ruangan, aku mulai mendengar hal yang seseorang biasanya mereka dengar di dalam hutan, suara kicauan, cicitan, dan terkadang terdengar kepakan sayap yang mungkin menjadi satu satunya temanku di ruangan ini. Dan hal itu lah yang membuatku terganggu. Aku mendengar ada suara jangkrik, kumbang dan hewan hewan lain diruangan ini, tapi aku tidak melihat satu pun di ruangan ini. Aku mulai berpikir seberapa besar rumah ini sebenarnya. Dari luar, rumah ini terlihat seperti rumah biasa. Yah mungkin ada sisi yang terlihat besar, tapi diruangan ini penuh dengan tanaman & pohon, seperti suatu hutan dimasukkan ke ruangan ini. Hal yang aku tau hanyalah, lantai ruangan ini sama seperti yang sebelumnya, yaitu lantai kayu.
Aku terus berjalan, sambil berharap pohon yang akan kulewati selanjutnya akan menjadi pohon terakhir dan disampingnya akan ada pintu. Setelah berjalan cukup lama, aku merasa ada nyamuk terbang ke lenganku, tapi aku menghalaunya dan terus maju. Beberapa detik kemudian, aku merasa ada 10 nyamuk yang menempel di kulitku di tempat yang berbeda, ada yang menempel di lenganku, kakiku, bahkan ada yang menempel di wajahku. Aku memukul mukul dengan liar tapi mereka tetap menempel di kulitku. Aku melihat kebawah, dan berteriak – sejujurnya, itu rengekan. Aku tidak melihat satupun nyamuk di badanku, tapi aku bisa merasakan mereka menempel di kulitku. Aku mendengar mereka mendengung, dan aku merasakan mereka mengigitku, tapi aku tetap tak bisa melihat mereka. Aku menjatuhkan diri ke lantai dan berguling guling dengan liar. Aku putus asa. Aku membenci serangga, apalagi yang tak bisa kau lihat dan kau sentuh, tapi serangga serangga ini bisa menggigit ku dan menyentuhku.
Aku mulai merangkak, aku tidak tau kemana aku akan pergi. Pintu masuk sudah tak terlihat lagi, bergitu pula pintu keluarnya, aku belum melihatnya. Jadi aku hanya merangkak, seketika itu juga, aku merasakan serangga serangga “hantu” itu bertambah, dan menempel di kulitku. Setelah sekitar berjam-jam. Aku menemukan pintu keluarnya. Aku menggapai pohon terdekat dan langsung berdiri, dan tanpa pikir panjang, aku langsung memukul-mukal badanku untuk menghalau serangga serangga itu. Aku mencoba berlari, tapi tak bisa; badanku lelah karena merangkak tadi dan karena tadi berurusan pada apapun tadi yang menempel di kulitku. Aku berjalan dengan gemetar menuju pintu. Sambil menggenggam tiap pohon sebagai pembantu untuk berjalan.
Ketika aku hampir sampai ke pintu keluar, aku mendengar suara dengungan lagi. Suara itu berasal dari ruangan selanjutnya, dan suara itu lebih keras. Aku hampir bisa merasakannya dalam tubuhku, seperti ketika kamu berdiri dekat amplifier pada suatu konser. Perasaan kesal akibat diganggu serangga tadi berkurang, dan sekarang ketakutanku bertambah, karena mendengar dengungan itu lagi. Ketika aku mencapai daun pintu serangga serangga tadi telah hilang sepenuhnya, tapi aku masih tidak bisa membuka pintu itu. Aku tau jika aku melepaskan tanganku, serangga serangga tersebut akan kembali mengerubungiku, dan aku tau aku tidak mau kembali ke ruangan 4. Aku hanya berdiri terpaku di depan pintu, kepalaku menekan pintu bertuliskan nomor 6 tersebut, dan tanganku dengan gemetar membuka pintu itu. Dengungan tadi sangatlah keras, aku bahkan tidak bisa mendengar suara yang dibuat pikiranku sendiri. Tak ada yang bisa kuperbuat selain terus maju. Ruangan 6 adalah ruangan berikutnya, dan ruangan tersebut adalah neraka.
Aku menutup pintu di belakangku, mataku kupejamkan, dan telingaku bordering. Dengungan itu mengerumuniku. Dan ketika pintunya terkunci, dengungan itu menghilang. Ketika aku membuka mataku, aku terkejut, pintu yang barusan kututup, menghilang. Dan sekarang didepanku adalah dinding. Aku melihat sekitar dengan shock. Ruangan 6 sama persis dengan ruangan 3. Lampu dan kursi yang sama, tapi kali ini, hanya ada bayangan kursi. Perbedaannya hanyalah disini tidak ada pintu keluar, begitu juga tidak ada pintu masuk. Seperti yang kusebutkan tadi, aku tidak punya masalah kejiwaan, tapi saat itu, aku tau apa itu kegilaan. Aku tidak menjerit. Aku tidak mengeluarkan suara. Aku hanya terdiam.
Pertama, aku menggaruk dinding tersebut. Ternyata dindingnya memang keras, tapi aku tau, pasti ada pintu lagi disini disuatu tempat. Pasti ada, aku tau itu. Aku kembali menggaruk dinding tersebut, kali ini dimana daun pintu di pintu masuk itu berada. Aku mencakar dinding itu dengan liar, sampai kukuku lepas dari jariku, dan darah berceceran di jariku. Aku terjatuh dilututku. Suara yang ada hanyalah suaraku tadi ketika aku mencakar dinding itu. Aku tau pintu itu ada disana. Aku tau itu. Andai saja aku tau caranya untuk melewati dinding –
“apa kau baik baik saja?”
Aku meloncat kaget, dan langsung berbalik dan punggungku menekan dinding di belakangku dan aku melihat apa yang berbicara kepadaku; sampai sekarang, aku masih menyesal kenapa aku harus berbalik waktu itu..
Ada seorang anak kecil. Dia memakai baju putih terusan hingga ke tumitnya. Dia punya rambut pirang yang panjang, kulit putih, dan bermata biru. Itu merupakan hal yang paling menakutkan yang pernah aku lihat, dan aku tau bahwa tidak ada satu hal pun yang lebih menakutkan daripada gadis ini. Ketika aku menatapnya, aku melihat hal lain. Di tempat dimana ia berdiri, aku melihat sesuatu yang seperti tubuh manusia, hanya saja “manusia” itu lebih besar dari orang bisa dan tubuhnya penuh dengan bulu bulu. Dia telanjang bulat, tapi kepalanya bukan manusia dan kakinya adalah kaki kuda. Itu bukanlah sang iblis, tapi pada saat itu, mungkin dia adalah sang iblis. Kepalanya seperti kambing dan hidung dan mulut seperti serigala.
Ini sangatlah menakutkan, aku belum pernah merasa ketakutan seperti ini sebelumnya, rasa takut ini melebihi daripada rasa takutku di ruangan 4 tadi. Aku hanya berdiri disitu. Menatap kepada apapun yang berbicara padaku saat ini. Tidak ada jalan keluar. Aku terperangkap dengan kedua iblis ini. Dan kemudian, gadis itu berbicara lagi.
“kau seharusnya mendengarkan temanmu, David.”
Ketika gadis itu berbicara, aku mendengar suara anak kecil tersebut, namun di pikiranku, aku mendengar suara si Iblis itu, dengan suara yang tak bisa ku deskripsikan. Tidak ada suara lain. Tapi suara itu teteplah mengulang ulang kalimat itu dan di dalam pikiranku, aku setuju. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku hampir saja gila, tapi aku tak bisa mengalihkan pandanganku dari 2 iblis tersebut. Aku terjatuh. Aku pikir aku telah pingsan. Namun ruangan ini tidak membiarkanku pingsan. Aku hanya ingin hal ini berakhir. Iblis itu telah berpindah, sekarang dia ada disampingku, menatapku dengan matanya yang merah.
Tapi aku berpikir, aku bisa menemukan jalan keluarnya. Ruangan ini hanyalah ruangan kecil, aku bisa menemukannya dalam waktu singkat, tapi suara kedua iblis itu seperti mengejekku, suara itu semakin keras dan mengeras. Aku tak punya pilihan lain. Aku harus bangun. Saat itulah aku mengangkat diriku sendiri dan mulai mencari.
Kemudian aku mengalami hal yang tak bisa kupercaya. Iblis yang berbentuk manusia itu kembali pindah, sekarang, dia tepat di belakangku. Berbisik kepadaku, bahwa seharusnya aku tak pernah datang kemari. Aku merasakan nafasnya di leher belakangku, tapi aku menolak untuk berbalik. Aku terlalu takut, sesaat kemudian aku menyadari, di depanku terdapat pintu bertuliskan angka 7.
Aku langsung melompat kedepan, dan membuka pintu tersebut..

Aku terjatuh ke tanah setelah aku membuka pintu ruangan 7, aku terjatuh karena tubuhku sudah lelah dan lemah. Pintu dibelakangku tertutup dan aku menyadari dimana aku sekarang berada. Diluar. Tidak diluar seperti di ruangan 5, tapi aku sungguhan diluar sekarang. Mataku sakit karena menahan air mata. Aku ingin berdiri, tapi aku terjatuh, aku mencoba lagi, namun tak bisa. Tapi tak apalah, paling tidak aku sudah keluar dari rumah neraka itu. Aku bahkan tak peduli lagi dengan hadiah $5000 itu. Aku berbalik untuk melihat pintu tempatku masuk tadi dan melihat pintu depan NoEnd House, aku sungguh senang saat itu. Aku mencoba untuk berdiri lagi, dan sekarang berhasil. Aku pun berjalan menuju mobilku dan pulang ke rumah, berpikir betapa nikmatnya jika aku mandi nanti.
Ketika aku sampai di depan rumahku, aku merasa tak enak lagi. Rasa senang setelah keluar dari rumah terkutuk tadi telah hilang, dan sekarang rasa takut kembali menyelimutiku. Tapi aku tidak menghiraukannya dan berjalan ke pintu depan. Aku masuk dan langsung masuk kamarku, disana aku melihat kucingku Baskerville, saat aku mencoba mengelusnya dia langsung kaget dan mencakar wajahku, padahal dia belum pernah bertingakh laku seperti itu, tapi aku tidak memperdulikannya karena mungkin saja dia hanya lapar, kemudian aku langsung mandi.
Setelah aku mandi, aku pergi ke dapur untuk membuat sesuatu untuk dimakan. Aku menuruni tangga, dan dengan iseng menoleh ke ruang tamu; apa yang kulihat tidak akan pernah kulupakan, untuk selamanya. Orang tuaku tergeletak di lantai, telanjang dan berlumuran darah. Mereka dimutilasi, bahkan aku hampir tidak mengenali mereka. Tangan dan kaki mereka dipotong dan diletakkan di samping mereka, kepala mereka dipotong dan diletakkan diatas dada mereka, menghadap kearahku, ya kearahku. Hal yang paling mengerikan adalah ekspresi mereka. Mereka tersenyum, seolah mereka senang bisa bertemu denganku. Aku seketika langung muntah, dan berjalan ke arah ruang tamu, aku menangis. Aku tidak atau apa yang terjadi; tapi aku sudah bertahun tahun tak bertemu mereka, dan ketika aku bertemu mereka, mereka dalam keadaan seperti – tunggu, aku melihat ada pintu di ruang tamu yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Sebuah pintu, yang bertuliskan angka 8 di kayunya, sepertinya tulisan itu ditulis menggunakan darah.
Aku masih berada di rumah terkutuk itu. Aku berdiri di ruang tamu rumahku tapi aku berada di ruangan 7. Senyum orang tuaku bertambah lebar ketika aku menyadari hal ini. Mereka bukan orang tuaku; pasti bukan, tapi mereka terlihat sama seperti orang tuaku. Pintu yang bertanda nomor 8 itu berada di seberangku, dibelakang tubuh yang termutilasi di depan ku. Aku tau aku harus maju, tapi aku menyerah saat itu. Wajah yang tersenyum itu merobek pikiranku; mereka membuatku terpaku. Aku kembali muntah dan hampir pingsan. Kemudian, dengungan itu kembali datang. Kali ini dengan suara yang lebih keras dan memenuhi seluruh rumahku dan menggetarkan dinding. Dengungan itu membuatku berjalan kedepan.
Aku mulai berjalan perlahan, membuatku semakin dekat dengan mayat itu. Aku hampir tidak bisa berdiri, Dinding dirumahku bergetar dengan keras sehingga aku langsung lari menuju pintu, dan semakin dekat aku ke wajah itu, semakin lebar senyum mereka. Mata mereka juga mengikutiku. Serta tangan mereka yang terpotong mengejarku. Terror yang baru menyelimutiku, dan aku kembali berlari. Dengan putus asa, aku melompat ke pintu, membukanya dan menutupnya dengan keras dengan punggungku. Ruangan 8.
Aku telah tamat. Setelah apa yang barusan aku alami, aku tau bahwa tidak akan ada lagi yang bisa dilakukan rumah terkutuk ini kepadaku. Sayangnya, aku terlalu meremehkan rumah neraka ini. Sayangnya, hal akan bertambah menjadi lebih menganggu, mengerikan, dan tak bisa diungkapkan dengan kata kata diruangan 8.
Aku masih tidak percaya apa yang ada di ruangan 8. Lagi, ruangan ini adalah ruangan yang sama dengan ruangan 3 dan 6. Tapi ada orang yang duduk di kursi yang biasanya kosong. Setelah beberapa detik rasa tidak percaya, pikiranku akhirnya menerima fakta bahwa orang yang duduk di kursi itu adalah, AKU. Bukan seseorang yang mirip denganku; orang itu adalah David Williams. Aku mendekatinya perlahan, untuk meyakinkanku apakah orang itu sungguh aku. Ketika aku mendekat, dia mendongakkan kepalanya dan aku melihat ada air mata di pipinya.
“tolong.. tolong.. tolong jangan sakiti aku..”
“apa?” tanyaku. “siapa kamu? Aku tidak akan menyakitimu.”
“kamu akan menyakiti aku..” dia mulai menangis sekarang. “kau akan melukaiku, dan aku tak mau kau melakukannya.” Dia duduk dikursi dan mulai bergerak maju mundur. Sebenarnya itu merupakan sikap paling tidak berguna, terutama, dia adalah aku sendiri.
“dengarkan aku, siapa kamu?” aku sekarang berdiri hanya beberapa meter dari kembaranku ini. Itu merupakan pengalaman paling aneh, berdiri disitu dan bicara pada diriku sendiri. Aku tidak takut, tapi aku akan, segera. “kenapa kamu-“
“kau akan menyakitiku, kau akan menyakitiku jika kau pergi, kau akan menyakitiku.”
“kenapa kau ini? Tenanglah, okay? Mari kita berpikir tentang hal ini-“kemudian aku melihatnya. David yang duduk saat ini berpakaian sama sepertiku, kecuali satu hal, ada angka nomor 9 di dadanya.
Aku tak bisa memalingkan mataku dari nomor itu. Aku tau pasti itu nomor apa. Pintu pertama di rumah terkutuk ini hanyalah pintu biasa yang bertuliskan angka. Namun ketika semakin dalam, tulisan di pintu itu berubah, nomor 7 merupakan cakaranku. Nomor 8 merupakan darah orang tuaku. Dan nomor 9 – nomor ini ada di manusia, yang hidup. Dan manusia ini mirip sekali denganku.
Seketika itu juga aku mencari, mencari dan mencari di ruangan 8. Aku mencari dibawah sebuah meja, dan sayangnya aku menemukan pisau, yang bertuliskan; – Untuk David, dari Manajemen NoEnd House – ;saat aku menemukan pisau itu, diriku yang lain terdiam, dan seketika langsung berdiri dan menatapku dengan tatapan tajam.
“david.” dia bicara dengan suaraku “menurutmu apa yang akan kau lakukan?”
Aku langsung berdiri dan mengenggam pisau ini dengan erat erat.
“aku akan pergi dari sini.”
Diriku yang lain menyeringai, dengan seringai yang paling mengerikan yang pernah aku lihat. Aku tak tahu apakah dia akan mencoba untuk tertawa atau menyekikku. “sekarang..” suaranya lebih berat dari sebelumnya. “aku akan menyakitimu, aku akan menyakitimu dan kau akan disini bersamaku.” Aku tidak merespon, tapi aku langsung melompat dan men-tacklenya, dia jatuh. Aku langsung menaikinya dan langsung mengangkat pisauku dan menghujamkannya ke diriku yang lain. Dia melihat kearahku, ketakutan. Aku seperti melihat pantulanku di cermin. Kemudian dengungan itu kembali, kali ini suaranya lirih tapi kemudian menjadi keras dan semakin keras. Aku langsung mengerahkan seluruh tenagaku di tanganku dan menghujamkan pisaunya ke diriku yang lain, dadanya terbelah dan kemudian Kegelapan menyelimuti ruangan 8 dan aku terjatuh.
Kegelapan disekitarku tidak seperti apa yang kurasakan di ruangan 4. Ruangan 4 memang gelap, tapi kali ini, diruangan ini, kegelapan menelanku sepenuhnya. Aku bahkan tidak merasa aku telah jatuh. Badanku sungguh ringan, diselimuti kegelapan. Aku tidak bisa merakan tubuhku, tubuhku mati rasa. Kemudian rasa sedih yang mendalam mendatangiku. Aku merasa tersesat, depresi, dan rasanya ingin bunuh diri. Aku membayangkan orang tuaku di pikiranku. Aku tau tadi itu tidaklah nyata. Tapi saat ini aku tidak bisa membedakan yang nyata maupun tidak. Kesedihan ini semakin mendalam. Aku berada diruangan 9 hampir seharian. Ruangan terakhir. Dan sangat tepat, ruangan 9 : akhir. Dan aku menyadari, NoEnd House telah berakhir, dan aku telah mencapai ruangan terakhir. Pada saat itu, aku menyerah. Aku berpikir mungkin aku akan berada disini selamanya, diselimuti kegelapan abadi.
Aku telah kehilangan akal sehat, aku tak bisa merasakan tubuhku, aku tak bisa mendengar apapun, aku tak bisa melihat apapun, aku bahkan tak bisa merasakan rasa ludahku. Aku merasa tersesat. Aku tahu dimana aku sekarang berada. Ini adalah neraka. Ruangan 9 adalah neraka. Kemudian, dari kejauhan, terlihat ada sebuah cahaya, dan aku merasa ada tanah dibawahku, dan aku sekarang dalam posisi berdiri. Setelah beberapa saat mengumpulkan pikiran dan akal sehatku, aku perlahan berjalan menuju cahaya itu.
Ketika aku mendekati cahaya itu, itu membentuk benda. Ya, itu adalah pintu. Aku perlahan berjalan melewati pintu tak bertanda itu dan aku menyadari aku berada di lobi NoEnd House, dimana semuanya dimulai. Dan ini masih seperti apa yang kulihat waktu pertama kali kesini, masih lah kosong, masih penuh dengan dekorasi Halloween. Setelah beberapa saat menenangkan diri, aku mencari sekitar lobi untuk melihat apakah ada yang berbeda, di meja resepsionis, terdapat amplop yang bertuliskan namaku. Dengan rasa ingin tahu yang kuat, tapi dengan kehati hatian, aku mengumpulkan keberanianku dan membuka amplop itu.
Didalam terdapat surat, dan ditulis tangan.
“David Williams,
Selamat! Kau berhasil mencapai akhir dari NoEnd House! Tolong terima hadiah ini sebagai penghargaan dari kami!.
Selamanya milikmu,
Management NoEnd House. “
Dengan surat itu, aku juga mendapat 5 uang kertas $1000.
Aku tak bisa berhenti tertawa, aku tertawa hingga berjam-jam lamanya. Aku tertawa ketika aku berjalan menuju mobilku, ketika di jalan, ketika sampai rumah. Dan aku masih tertawa ketika aku membuka pintu rumahku, dan aku tertawa ketika melihat angka 10 di pintu rumahku.

0 komentar:

Posting Komentar